Entah seharusnya semua ini untuk
dibagi atau tidak, aku hanya ingin membiarkan jari ini menari, berlari sesuka
ia. Yaa.. judul itu memang ku pilih saat aku merasa semuanya seperti terangkai
menghujam sebuah tubuh seorang gadis Secara
perlahan lahan, dan entah apa akhir dari semua perjuangan gadis tersebut. Yang
ia tahu, ia harus tetap berjuang demi 3 orang yang paling ia sayang atau
menyusul ke 1 orang yang paling ia rindukan.
Kaget....
Semua itu benar benar seperti
rantai yang tak berujung atau mungkin berujung tapi entah kapan dan bagaimana
ujungnya. Hanya Tuhan yang tahu.. yang gadis itu tahu hanyalah bagaimana ia
harus berusaha tersenyum dalam setiap rasa sakitnya. Tiap detik ia berusaha
melupakan semua rasa sakit yang harus ia tanggung tapi apa mau dikata tak ada
pilihan lain selain berdamai dengan semua rasa sakit yang dideritanya.
Tahun 2010
Berawal dari “penataran” yang
tak berarti -penting- ia mulai merasakan ada yang menyesakkan dadanya hingga ia
tak kuat bernafas dan pingsan beberapa kali. Dengan penanganan seadanya yang
jauh dari kata tepat, ia masi bisa tertolong hingga pihak keluarganya
sendirilah yang membawanya ke rumah sakit terdekat. Lebih dari 3 jam ia
mendapat pertolongan ugd hingga dokter mengizinkannya pulang. Ternyata ia tak
benar benar pulih, ke esokan harinya ia kembali merasakan sesak itu. Kini
beruntung ia berada di tengah tengah keluarganya sendiri sehingga langsung
dibawa ke rumah sakit. Menurut dokter yang telah menangani, tak ada pilihan
lain selain ia harus dirawat inap kan di rumah sakit untuk mengetahui penyakit
sebenarnya. Untuk pertama kalinya si gadis menginap di rumah sakit,sebagai
pasien. Beberapa malam telah terlewatkan dengan bernafas dibantu oleh bantuan
selang oksigen, disitulah si gadis mulai sadar bahwa ada 3 orang yang begitu
mencintainya meski terkadang si gadis merasa tidak sepaham engan mereka.
Begitu terasa cinta ditengah
keluarga kecil itu yang tak begitu lengkap sebagai mana keluarga keluarga lain
pada umumnya. Penyakitnya pun belum sepenuhnya diketahui, hal itu yang
menyebabkan banyaknya perkiraan perkiraan penyakit dalam diri si gadis.
Pembengkakan kelenjar tiroid yang membahayakan jika dibiarkan, untuk perkiraan
penyakit ini saja si gadis harus merasakan bagaimana rasa sakit dari
pengambilan darah yang harus dilakukan jam 3 pagi. Perkiraan selanjutnya
tingginya asam lambung yang terlihat dari muntah si gadis yang terus
mengeluarkan darah setiap sehabis makan, puluhan obat telah masuk ke dalam
tubuhnya. Si gadis juga pernah di klaim menderita bronkitis.
Perkiraan perkiraan itu pada
akhinya hanyalah perkiraan.
Hingga dokter merasa perlu
merujuknya ke spesialis tht. Ia pun menjalankan rujukan dokter. Sesampainya
diruang tht, baginya itu seperti ruangan baru yang mengerikan, banyak alat alat
yang tidak ia kenali. Alat alat itu satu persatu digunakan untuk melihat
kondisi hidung si gadis. Dan... ternyata ada pembengkakan kelenjar di hidung si
gadis yang membuatnya begitu sesak. Dokter spesialis tht pun langsung memintanya
menjalankan tahapan operasi. Yaaa tahapan, karna terdiri dari : pengeluaran
cairan kelenjar - pengakatan kelenjar - serta pencucian rongga hidung atas sisa
pengangkatan kelenjar. Bukan suatu hal yang mudah diterima oleh si gadis dan
keluarganya. Tapi ini baru awal dari rangkaian yang menghujam itu. Keluarga pun
berusaha untuk meyakinkan si gadis untuk mau menjalankan tahapan operasi
tersebut, mengingat dokter meminta itu segera dilakukan karena kelenjar tersebut
semakin lama akan membesar dan menutupi rongga hidungnya hingga ia tidak bisa
bernasaf jika besarnya hingga 100% ketika itu besar kelenjar telah mencapai
70%.miris. semua harus diambil keputusan yang tepat di waktu yang tak banyak
kala itu.
Operasipun dimulai...
Sehari setelah menjalankan operasi
dokter mengizinkannya pulang, dan menjalani tahap pemulihan di rumah. Tahapan
tahapan selanjutnya ia lakukan dengan kembali ke dokter namun tidak perlu di
rawat.
Tahun 2011
Dengan latar belakang sekolah
SMK yang mengharuskannya menjalankan pkl di sebuah hotel berbintang di Jakarta.
Awalnya si gadis telah merasa nyaman dan tak ada lagi keluhan di hidungnya.
Hingga suatu ketika saat ia dipindahkan ke departemen lain yang mengharuskannya
kontak langsung dengan bahan bahan pembersih kimia barulah ia merasakan ketidak
nyamanan kembali menghampiri hidungnya. Keluarga merujuknya kembali ke dokter
spesialis tht, dan yaa ia menjalani rangkaian selanjutnya.. ia mengidap sinus.
Penyakit hidung yang disebabkan oleh terisinya kantong kelenjar sinus yang
harus dalam keadaan kering jika dalam keadaan sehat. Saat itu pula dokter baru
mengetahui jika tulang hidung si gadis bengkok yang jika benar benar mengganggu
maka harus menjalani operasi pemotongan tulang hidung tersebut. Dokter pun
menyarankan untuk menjalani fisiotraphy atau penyinaran dengan sinar ultra
violet ke pipi si gadis. Penyinaran ini dilakukan selama berturut turut dalam
seminggu. Alhasil tiap kali ia menyelesaikan tugas nya di hotel tempat ia pkl
ia harus ke rumah sakit menjalankan fisiotraphy. Dokter juga memintanya untuk
selalu menggunakan masker kemanapun ia pergi. Namun si gadis enggan
menurutinya.
Sinus menjadi rangkaian
selanjutnya untuk tubuh si gadis. Karna sinus bukanlah penyakit yang bisa
disembuhkan melainkan di jaga agar tidak kembali muncul. Untuk menghidarinya si
gadis harus meninggalkan segala jenis minuman dingin terutama ice cream selama
2tahun.
Sekian lama sinus tak lagi ia
rasakan, hingga suatu hari disekolah si gadis. Si gadis kembali pingsan dan
merepotkan banyak orang. Keluarganya pun menjemputnya dan membawanya ke rumah.
Awalnya pihak keluarga mencoba mengganti dokter untuk menangani si gadis,
dengan alasan banyak hal. Beberapa hari si gadis tidak bisa menjalankan
kegiatan belajar mengajar disekolahnya karna tidak mungkin ia sekolah dengan
alat bantu nafas di hidungnya. Beberapa kali ia menajalankan penguapan untuk
memulihkan kesehatanya.
Tubuhnya semakin ringkih,
penyembuhan dengan mengganti dokter tak begitu berarti bagi tubuh si gadis.
Keluarga mulai resah. Si gadis pun dilarikan ke spesialis tht yang lebih dahulu
menanganinya. Barulah terlihat pemulihan si gadis, sinusnya kembali kumat dan
ia harus menjalankan untuk kedua kalinya fisiotrapy. Kaka laki lakinya begitu
sabar menemaninya menjalankan semua tahapan fisiotraphy setiap harinya.
Si gadis kembali tersenyum dan
menjalankan hidupnya yang berwarna itu.
Hingga suatu ketika, ia
dihadapkan dalam kenyataan yang benar benar diluar dugaan. Ada seseorang yang
telah membuatnya merasa tertekan karena suatu keadaan yang dibuatnya diluar
dugaan si gadis. Tidak perlu pembahasan berlanjut saya rasa. Si gadis kembali
sakit berkali kali ia pingsan dan merasa tidak kuat. Keluarga kembali
direpotkan olehnya, ibunya selalu menangis setiap malam berdoa kepada Tuhan
berharap kesembuhan akan anaknya. Kembali ke dokter tht pun tidak mendapat
jawaban, karna menurut dokter tht hidung si gadis tidaklah menunjukkan adanya
penyakit. Dirujuk ke dokter spesialis syaraf, keluarga sempat panik memikirkan
apa yang sebenarnya terjadi hingga dokter tht meminta mereka membawa si gadis
ke dokter syaraf. Apakah penyakitnya parah? Serius? Tidak dapat disembuhkan?
Atau lebih dari itu..
Mereka pun mencoba membawa si
gadis ke dokter syaraf yang telah di anjurkan.
Untuk pertama kalinya si gadis
menjalani proses pemeriksaan syaraf yang jujur saja membuat dia merasa aneh dan
canggung. Tapi biarlah, setidaknya demi kesehatan dirinya dan kelegaan
keluarganya. Dokter syaraf ternyata juga
tidak dapat mendeteksi penyakit yang diderita si gadis, akhirnya ia meminta
keluarga membujuk si gadis untuk menjalankan rekam otak. Dokter menggambarkan
proses rekam otak itu dengan memberi pengertian kepada si gadis dan keluarga.
Rekam otak yang dilakukan dengan pemasangan sejumlah kabel dengan sedikit
aliran tenaga di kepala si gadis demi mendapatkan data syaraf otak si gadis.
Ketakutan yang teramat sangat dirasakan si gadis, berkali kali keluarga
membujuknya untuk mau menjalankan rekam otak. Ia butuh waktu lama untuk
menerima kenyataan yang mengharuskannya menjalankan proses tersebut terlebih
mengenai hasil dari rekam otak tersebut nantinya. Salah satu anggota keluarga
memberikan pengertian kepada si gadis agar mau menjalankan rekam otak, itu
semua semata mata untuk menyembuhkan dan mengetahui secara jelas penyakit
tersebut. 2minggu lebih waktu yang dibutuhkan si gadis hingga akhirnya ia mau
menjalankan rekam otak.
Keluarganya pun mengantarnya ke
tempat yang telah ditunjuk oleh dokter.
Proses rekam otak kurang lebih
selama 2jam pun ia jalani. Pemasangan 32 kabel di kepala. Proses rekaman itu
sendiri. Beberapa kali melakukan gerakan sesuai intruksi yang diberikan telah
ia jalani.
Hasil dari rekam otak akan
keluar seminggu setelah dari rekam otak itu sendiri. Kecemeasan menghampiri si
gadis, apa hasil dari rekam otak itu? Apa penyakit yang sebenarnya yang diderita?
Sejauh mana penyakit itu menyerang? Semuanya benar benar tak terkendalikan.
Hingga sampailah pada hari dimana hasil dari rekam otak dapat di ambil. Kakak laki
lakinya yang mengambil. Sesampainya dirumah, amplop cokelat besar itu dibuka
oleh ibu si gadis ditemani oleh si gadis.
hening...
Berdasarkan kesimpulan yang
tertulis dalam salah satu kertas di dalam amplop tersebut. Terbaca jelas bahwa menurut hasil dari
rekam otak tersebut adanya
beberapa gelombang yang seharusnya tidak terjadi dalam diri manusia. Dengan
kata lain si gadis mengalami kelainan gelombang syaraf pada otaknya. Yap... rangkaian itu
kembali menghujam dirinya yang memang sudah ringkih. Hasil rekam otak itu
mereka bawa ke dokter spesialis syaraf yang lebih dahulu menanganinya. Disana
lah semua penyakit si gadis dijelaskan lebih detail. Benar adanya jika si gadis
mengalami kelainan gelombang syaraf otak yang mengakibatkan dirinya mudah
pingsan jika merasa tertekan atau kelelahan. Dokter juga meminta si gadis
menjalankan proses penyembuhan dengan mengonsumsi obat obatan selama 6 bulan
penuh. Berada dalam pengawasan dokter yang setiap bulannya mengharuskan si
gadis check up syaraf. Tidak cukup sampai disitu. Setelah tahap penyembuhan
dengan mengonsumsi obat obatan selama 6 bulan tersebut, si gadis juga harus
kembali menjalankan proses rekam otak. Hal ini dilakukan untuk melihat
perkembangan penyakit di otak si gadis. Jutaan uang harus disiapkan untuk
penyembuhan si gadis. Si gadis juga harus membawa obat penenang kemana pun ia
pergi. Obat penenang itu dibuatkan langsung oleh dokter dengan racikan dokter.
Sesuai namanya obat penenang hanya untuk memberikan ketenangan bagi si gadis
selama 6 jam dari waktu meminum si gadis akan merasa jauh lebih tenang, setelah
6 jam itu habis?.
Sungguh sulit diterima oleh si
gadis akan kenyataan yang ada. Ia mengidap penyakit yang tidak pernah ia
pikirkan. Ia merugikan keluarga hanya karena ia mendapati masalah yang sama
sekali tidak berhubungan dengan keluarganya.
Obat obatan tersebut juga
tidaklah seramah obat biasanya. Obat yang diresepkan dokter adalah obat yang
bekerja dengan cepat jika diminum hal ini disebabkan karena obat tersebut
langsung mengalir di peredaran darah tanpa mengalami proses lainnya yang di
alami obat obat lain pada umumnya. Jelas hal ini bukanlah hal yang mudah
diterima tubuh si gadis. Butuh proses adaptasi akan obat dan tubuh si gadis.
Terlebih lagi tiap bulan obat ini diganti sehingga sangat merugikan bagi tubuh
si gadis yang harus beradaptasi dengan obat baru setiap bulannya.
Tapi tidak dapat ditolak,
melainkan harus berdamai dengan peraturan dokter yang ada. Proses penyembuhan
saat ini telah berjalan selama 2 bulan. Mulai terlihat adanya kemajuan dalam
diri si gadis hingga saat ini dapat menulis dan berbagi cerita ini ke kalian.
Ya gadis itu.. aku.
Namira dwihandayani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar