Entri Populer

Rabu, 14 November 2012

Kotak Berpelita Dua


Tapak kaki ini tak pernah bertuju
Mungkin enggan berangan jauh
Atau lelah dideru
Dalam kenyataan yang liku berpilu

Jujur saja awalnya aku enggan untuk bermimpi, untuk apa? Kenyataan tak selamanya dapat memberikan apa yang kita impikan. Berdamai dengan realita jauh lebih asik dan realistis. Simple. Buka mata, lihat yang ada. Untuk apa berangan kalau tidak yakin akan ada jawabnya. Ya seperti itu aku. Kalo kenyataan memang memberi apa yang aku mau berarti dia sedang berpihak kepadaku, kalau tidak.. mungkin dia sedang sibuk. Manusia bukan aku saja yang dia urus. Aku rasa begitu.
Bertahun tahun aku hanya seperti itu, mengikuti ombak beraruskan pasir dan kerikil. Kadang tergores hingga menangis, malah pernah menjerit. Saat ku dapati kenyataan bahwa aku telah yatim. Angan… haaaah lelah aku untuk berangan, seperti main lotre kadang dapat kadang rugi. Dapatpun harus berbagi, rugi aku telan sendiri. Tak ada permainan lain memangnya? Kawan ayolaaaaah, buat apa kau bermimpi. Batin ku kala itu.

Hingga suatu ketika, aku masuk kedalam 1 kotak kecil dengan 2 pelita didalamnya. Jujur saja disana awalnya aku buta, aku meraba semua secara perlahan. Mengira , mengenal, membaca mereka semua. Tadinya aku bertanya, memang aku siapa ? bisa ada dikotak kecil ini. Aku kan tidak pantas ada disini, aku hanya gadis berpakaian usang dekil dengan kuku kuku kotor nan panjang. Untuk apa aku disini? Atas alasan apa mereka menerima ku disini? Dan anak anak lain…

Mereka sungguh hebat, mereka juga berprestasi baik, mereka kuat, mereka bertanggung jawab, dan yang terpenting mereka memiliki mimpi dan angan masing masing. Mereka yakin dapat mewujudkan mimpi mereka. Woww..  Takjub..

Awalnya aku coba beradaptasi mengikuti mereka, tentu saja masi dalam tanpa angan dan mimpi. Kami bernyanyi, menari, tertawa, melukis, berlari, berbagi cerita, berfoto, dan yang terpenting belajar bersama. Semuanya kami lakukan bersama. Kami menggila. Ya.. menggila… haha
Perlahan aku membaca mereka satu persatu, sepertinya dia biasa saja, dia juga, dia malah biasa banget, tunjuk ku berdumel dalam batin. Tapi……… hingga akhirnya aku sekali lagi di buat takjub oleh mereka. Tak satupun dari mereka yang biasa. Mereka sungguh luar biasa. Dan aku lah yang paling biasa diantara mereka, batin ku berontak tak mau kalah. Mereka adalah teman teman terhebat yang pernah aku temui. Mereka memiliki angan yang sangat tinggi dari apa yang pernah terlintas di benak ku. Padahal mereka telah menggenggam banyak hal. Ada yang pernah tinggal di Aussie , ada yang di Malaysia untuk mengenyam pendidikan disana. Ada yang cukup tinggal di Indonesia saja tapi pengetahuannya seluas jagat. Satu lagi ada yang bermodalkan kesederhanaan, namun banyak pelajaran yang kami ambil darinya, dia pandai menempatkan diri serta emosi, mencairkan suasana dan memotifasi.
Banyak temanku disana rasanya tak perlu aku bagi secara berurai mereka satu persatu. Akan bosan nanti kalian membacanya..

Kotak itu cukup jauh dari rumah tinggal ku, setiap pulang dari sana selalu larut malam. Beberapa kali ibuku melarang karna cemas. Namun tak ada 1 alasan pun yang membuat ku enggan untuk kesana. Jika aku absen seperti rasanya ketinggalan berita penting, dan jika aku absen jordy pasti mencari pipi empuk ku … hah kasian dia..

Di kotak itu aku bertanya, kenapa aku berada disini? Kadang aku hanya terdiam, memandangi teman teman ku yang tertawa secara bersamaan. Bukan aku merasa tidak lucu, tapi aku membaca menerka. Atas alasan apa seorang ibu Sandra Sambel mempercayai ku untuk memasuki kotak buatannya. Aku siapa? Mereka terlalu hebat buat ada disekitar ku. Akupun terlalu kumel bisa menjadi bagian dari mereka.

Semakin hari aku semakin betah untuk berada disana. Teman- teman ku pun juga begitu. Kami enggan meninggalkan kursi lipatnya. Persahabatan kami mulai erat, semakin erat. Bagaimana tidak. Kelas yang tadinya hanya berisi kan 12 anak menjadi 20 anak lebih. Setiap ada pementasan kami bekerja sama untuk tampil meramaikan. Sekedar menari, bernyanyi, berpuisi, bahkan bergaya membaca cerita. Sungguh aku rindu mereka dan waktu waktu bersama mereka.

Belum lagi 2 pelita yang dari tadi aku sebut,

Pa Aryo


Beliau seperti  ayah baru kami tempat kami menerima berbagai masukan, tempat kami bersandar curhat akan segala masalah yang kami terima, hingga tentang pacar kami beliau apal betul itu. Beliau yang mengajarkan kami pendewasaan diri. Membantu kami memecahkan masalah di usia kami yang masi labil ini, dengan cara pandang masalah yang berbeda. Kami diperbolehkan bersandar dipundaknya saja sudah sangatlah menenangkan.
Ia sandaran kami .
Ia sapu tangan kami .
Ia buku cerita kami .
Ia ayah celoteh kami .
Dan ia kepala sekolah kami .



Pa Ponco


Beliau guru tercinta kami yang sangat luar biasa, dari beliau lah kami belajar banyak hal, bukan hanya bahasa inggris, tapi juga banyak pelajaran hidup yang telah kami dapatkan. Baliau jendela dunia kami, yang membuka banyak mata mimpi. Banyak pengalaman yang beliau ceritakan, dan kami memetik banyak pelajaran darinya. Beliau begitu sabar menuntun kami, beliau tidak marah sedikitpun padahal begitu banyak kesalahan yang kami perbuat.
Ia yang membuka dunia kami .
Ia yang membuat kami cerdas .
Ia penyemangat kami .
Ia idola kami .
Dan ia guru bahasa inggris kami .


Mereka bagi ku sosok yang luar biasa, merekalah yang sangat berjasa dalam hidup saya. Mereka membuat saya yakin pentingnya mimpi dan tujuan hidup. Mereka membuat sosok ayah baru untuk saya, menciptakan kehangatan, memberikan perhatian, membimbing kami layaknya anak mereka sendiri. Bangga aku mengenalnya.

Bagi sebagian orang yang mengetahui apa kotak kecil yang ku maksud ini, mungkin bagi mereka kotak ini tidaklah special. Hanya kotak biasa. Kalaupun special itu karna kotak ini merupakan kotak bantuan beasiswa dari kedutaan Amerika Serikat untuk  sebagian anak yang telah mendapatkan kesempatan. Tapi bagi kami kotak ini sangat besar artinya, kotak dimana menjawab mimpi mimpi kami, kotak yang bahkan menciptakan mimpi mimpi baru dari kami. Kotak yang mempertemukan kami, yang membuat kami tidak hanya mengenal tapi juga membangun persahabatan.
Persahabatan diantara kami sangat erat, jika aku memetik ucapan teman ku anya. “ our friendship is more than friendship word”.







 

Terima Kasih kepada ibu Sandra dan ibu Itje yang telah mendirikan Leap untuk menjawab mimpi kami.
Terima Kasih kedutaan Amerika Serikat (USA) telah berkenan memberikan beasiswa kepada kami.
 
Terima Kasih LEAP Indonesia untuk segala hal yang telah diberikan kepada kami.
Dan
Terima Kasih sahabat sahabat ku telah menulis cerita indah di hidup ini.




 akhirnya kami lulus dan dapat melihat dunia seutuhnya .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar